Webinar bertajuk "Traditional Indonesian Medicine, Herbal Remedies, and Jamu: Challenges and Opportunities in Bioresources Management" yang diselenggarakan oleh Indonesia-India Bioresources Consortium (IIBC) pada Senin, 23 Desember 2024, menjadi momen penting untuk memperkuat kolaborasi antara Indonesia dan India dalam pengelolaan bioresources. Menggunakan platform Zoom Meeting, acara ini menarik perhatian akademisi, pemerintah, dan pelaku industri dari berbagai bidang untuk mendiskusikan tantangan serta peluang dalam pemanfaatan sumber daya hayati berbasis tradisi.
Dalam sambutannya, Prof. Dr. Eng. I Made Joni, Ketua IIBC, menekankan pentingnya sinergi lintas sektor dalam menjawab tantangan pengelolaan bioresources secara berkelanjutan. Webinar ini tidak hanya bertujuan untuk memperkenalkan kekayaan tradisi pengobatan Indonesia, seperti JAMU, tetapi juga mengeksplorasi peluang dan tantangan dalam pengelolaan sumber daya hayati. Selain membahas Potensi JAMU dan Herbal Remedies, acara ini juga berfungsi sebagai platform untuk mendorong praktik berkelanjutan, berbagi wawasan, dan mempererat kolaborasi antara Indonesia dan India guna menciptakan inovasi berbasis tradisi yang berdaya saing global.
Regulasi dan Pengembangan Obat Herbal
Sesi utama webinar dibuka oleh Ibu Dita Novianti Sugandi Argadiredja, S.Si., Apt., MM, Direktur Produksi dan Distribusi Kefarmasian Kementerian Kesehatan RI. Dalam paparannya, Dita menyoroti pentingnya kerangka regulasi yang mendukung pengembangan obat herbal berbasis biodiversitas Indonesia. Ia menjelaskan empat klasifikasi utama obat alami, yaitu JAMU, obat herbal terstandar, fitofarmaka, dan inovasi obat alami.
Beliau juga menyebutkan bahwa JAMU, sebagai warisan budaya Indonesia, harus dilestarikan dan divalidasi secara ilmiah agar dapat diakui secara global. Ia menguraikan agenda transformasi sistem kesehatan 2021–2024 yang mencakup enam pilar utama, termasuk ketahanan sektor farmasi dan alat kesehatan. Biodiversitas Indonesia yang mencakup lebih dari 30.000 spesies tanaman memberikan potensi besar untuk pengembangan obat alami, meskipun saat ini hanya sekitar 10% yang telah dimanfaatkan.
Namun, Ibu Dita juga menyoroti berbagai tantangan yang dihadapi dalam pengembangan obat herbal, seperti kebutuhan akan standardisasi, penelitian preklinis dan klinis, akses pasar, serta kontrol kualitas. Ia menegaskan bahwa kolaborasi antara pemerintah, akademisi, pelaku bisnis, dan komunitas lokal sangat penting untuk mengatasi tantangan tersebut. Pengalaman pandemi COVID-19, di mana sekitar 30% masyarakat Indonesia mengonsumsi obat tradisional untuk meningkatkan imunitas, menjadi bukti bahwa obat tradisional memiliki peran penting yang perlu didukung lebih lanjut.
Penemuan Senyawa Baru dari Jamur Endofit
Sebagai peneliti dari Universitas Udayana, Dr. rer. nat. apt. Ni Putu Ariantari, S.Farm., M.Farm. memaparkan hasil penelitiannya tentang jamur endofitik yang mampu menghasilkan senyawa bioaktif dengan potensi tinggi untuk pengembangan antibiotik dan obat kanker. Penelitian ini memanfaatkan teknologi seperti kromatografi, analisis struktur, dan bioassay untuk mengidentifikasi senyawa baru.
Menurut Dr. Ni Putu, endophyte fungi merupakan mikroorganisme unik yang hidup di dalam jaringan tanaman tanpa merusak inangnya. Potensinya sebagai sumber senyawa bioaktif membuatnya relevan untuk pengembangan farmasi modern dan menjadi peluang besar bagi Indonesia dalam meningkatkan daya saing global.
Kolaborasi dan Inovasi Lintas Negara: Ayurveda dan JAMU
Prof. Dr. Pawan K. Dhar, Ph.D., dari Centre for Synthetic Biology & Biomanufacturing, India, membahas pentingnya kolaborasi antara Indonesia dan India dalam memadukan pengobatan tradisional seperti Ayurveda dan JAMU dengan pendekatan ilmiah modern. Menurutnya, kedua negara memiliki keunggulan masing-masing yang dapat saling melengkapi, seperti biodiversitas yang kaya dan pengetahuan tradisional yang telah teruji oleh waktu.
Prof. Dr. Pawan menjelaskan bahwa teknologi seperti genomik, metabolomik, dan bioinformatika dapat digunakan untuk mengidentifikasi senyawa bioaktif dalam tanaman obat. Namun, ia juga menyoroti tantangan dalam memastikan standar kualitas dan keamanan yang diperlukan untuk memenuhi regulasi internasional. Beliau juga mengusulkan pembentukan pusat keunggulan global untuk pengobatan herbal dan nutraceuticals guna memperkuat daya saing produk berbasis tradisi di pasar internasional.
Strategi Inovatif dalam Pengelolaan Bioresources
Sementara itu, Prof. apt. Muchtaridi, Ph.D. dari Universitas Padjadjaran memaparkan strategi inovatif untuk meningkatkan kualitas dan daya saing JAMU. Beliau menekankan pentingnya pengembangan basis data ASEAN Natural Materials Database yang dapat mempercepat penelitian senyawa bioaktif. Selain itu, metode desain obat berbasis komputer juga diperkenalkan untuk membantu dalam menciptakan formula baru dari bahan-bahan alami. Prof. Muchtaridi menyoroti bahwa kolaborasi internasional dengan negara-negara seperti Malaysia, Thailand, dan Jepang dapat memperluas penelitian dan pengembangan JAMU, serta menjadikannya sebagai produk fitofarmaka yang diakui secara internasional.
Diskusi Panel: Kolaborasi Indonesia-India dalam Pengelolaan Bioresources
Diskusi panel yang dipandu oleh Febri Doni, Ph.D. sukses mengangkat isu penting tentang pengembangan obat tradisional dan pengelolaan bioresources. Para panelis membahas tantangan dan peluang dalam menjembatani praktik tradisional dengan teknologi modern.
Prof. Pawan K. Dhar menyoroti kebutuhan pengembangan standar global untuk memastikan keamanan dan efikasi obat tradisional seperti JAMU dan Ayurveda di pasar internasional. Ia juga mengusulkan penggunaan teknologi seperti AI dan komputasi kuantum untuk meningkatkan efisiensi penelitian.
Prof. Muchtaridi menekankan pentingnya kolaborasi lintas negara untuk mendokumentasikan lebih dari 30.000 spesies tanaman Indonesia yang potensial sebagai bahan baku obat tradisional.
Sementara itu, Ibu Dita Novianti memaparkan langkah signifikan pemerintah, seperti regulasi pendukung dan farmakope herbal untuk meningkatkan standardisasi. Dr. Gautam menyoroti pemberdayaan masyarakat lokal melalui budidaya tanaman obat sebagai model keberlanjutan. Para panelis sepakat bahwa teknologi modern, regulasi yang solid, dan keterlibatan masyarakat adalah kunci untuk mendukung kesehatan global dan pertumbuhan ekonomi berbasis bioresources. Diskusi ini membuka peluang kolaborasi lebih erat antara Indonesia dan India.
Harapan dan Masa Depan
Webinar ini menunjukkan bahwa Indonesia dan India memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin global dalam pengelolaan bioresources. Dengan dukungan teknologi modern, regulasi yang mendukung, serta kolaborasi lintas sektor, kedua negara dapat menciptakan inovasi yang tidak hanya meningkatkan kualitas hidup masyarakat, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai inisiatif IIBC dan peluang kolaborasi, kunjungi finder.ac.id. Bergabunglah dalam upaya mendukung inovasi dan keberlanjutan dalam pengelolaan sumber daya hayati, dan jadilah bagian dari gerakan global untuk masa depan yang lebih sehat dan berkelanjutan.
Comentarios